Senin, 31 Oktober 2011

Organisasi Sosial (Palang Merah Indonesia)

Organisasi Palang Merah Indonesia


-Pengertian PMI

Palang Merah Indonesia (PMI) siapa yang tak kenal dengan organisasi sosial yang satu ini, Ya Palang Merah Indonesia (PMI) adalah suatu organisasi yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Organisasi ini (PMI) selalu berpegang teguh pada prinsipnya yaitu Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, Kesemestaan.

Palang Merah Indonesia berdiri sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, seperti contohnya pada waktu kejadian Tsunami di Banda Aceh,Indonesia yang menewaskan ribuan orang lebih, dan kejadian-kejadian alam atau lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Dalam hal ini bisa dibilang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan salah satu contoh organisasi sosial yang memiliki rasa jiwa kemanusiaan yang paling tinggi tanpa memandang Ras, Suku & perbedaan lainnya (sesuai dengan prinsip PMI).

-Misi & Visi PMI

Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan yang berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat. Dengan adanya Palang Merah Indonesia (PMI) diharapkan dapat membantu masalah kemanusiaan.

Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis sistem Organisasi & Manajemen, karena dengan adanya sistem tersebut suatu organisasi dapat berjalan dengan baik & lancar. Palang Merah Indonesia memiliki cabang-cabang yang dikhususkan untuk membantu beberapa masalah kemanusiaan yang diantaranya memiliki 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan 408 PMI cabang (tingkat kota/kabupaten di seluruh Indonesia).

Pemerintah & Rakyat Indonesia pada umumnya sangat terbantu dengan organisasi sosial Palang Merah Indonesia (PMI) yang mengatasi beberapa masalah misi kemanusiaan yang menolong tanpa mengenal lelah dan tanpa memandang Ras, Suku & perbedaan lainnya (sesuai dengan prinsip PMI).

latar Belakang Berdirinya Gerakan dan PMI
Latar Belakang Berdirinya Gerakan dan PMI


Kelahiran Palang Merah Indonesia ditengah-tengah masyarakat Indonesia tidaklah dapat dilepaskan dari rangkaian serta latar belakang sejak terbentuknya lembaga kemanusiaan ini pada tahun 1870 pada waktu penjajahan Belanda dan Penjajahan Jepang tahun 1942. Secara singkat latar belakang terbentuknya Palang Merah Indonesia di Tanah Air Indonesia dapat diutarakan sebagai berikut :
A. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
• Palang Merah Hindia Belanda (Het Nederlands Indische Rode Kruis) didirikan pada ta-hun 1870, enam tahun setelah Konvensi Geneva ke-1 ditanda tangani.
• Jelas pada waktu itu pimpinan dari Palang Merah Hindia Belanda di pegang oleh orang-orang Belanda, mengingat pada saat itu Indonesia masih dalam penjajahan.
• Walaupun demikian sejak tahun 1939 didorong oleh makin timbulnya rasa kesadaran akan kebangsaan antara lain melalui cita-cita ingin membentuk Palang Merah Indonesia, dr. RCL Senduk dan dr. Bahderdjohan dua tokoh kebangsaan saat itu dengan berani mengemukakan kehendaknya kepada Pemerintah Belanda.
• Pada tahun 1940, cita-cita tersebut dikemukakan oleh kedua beliau dalam konferensi pmhb namun tetap ditolak kembali sampai akhir Perang Dunia II, cita-cita untuk membentuk Palang Merah Indonesia belum terlaksana.
• Pada tahun 1942 – 1944 ketika penjajahan Jepang gagasan ini dirintis kembali oleh kedua tokoh tersebut.
• Namun ternyata ruang gerak Bangsa Indonesia pada saat itu justru makin sempit, sehingga rencana tersebut masih belum terlaksana sampai timbulnya Revolusi Bangsa Indonesia untuk merebut Kemerdekaan.
B. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. semangat merebut kemerdekaan Tanah Air Indonesia yang telah sejak bertahun-tahun diidam-idamkan menambah hasrat para tokoh kemanusiaan untuk mewujudkan terbentuknya Palang Merah Indonesia. Hasrat tersebut didukung lagi adanya kebutuhan untuk memberikan berbagai pertolongan terhadap para korban sebagai akibat dari pecahnya Revolusi Kemerdekaan, serta jauh melihat kemuka kemungkinan akan timbulnya pertempuran-pertempuran antara musuh-musuh kemerdekaan dengan pejuang-pejuang kemerdekaan.
Maka 17 hari setelah proklamasi kemerdekaan tepatnya pada tanggal 3 September 1945 dikeluarkan perintah Presiden RI kepada dr. Buntaran Martoatmojo yang saat itu menjabat menteri kesehatan RI untuk menjajagi terbentuknya Palang Merah Indonesia.
Pada tanggal 5 September 1945, dr. Buntaran Martoatmojo berhasil membentuk panitia persiapan pembentukan Palang Merah Indonesia, yang terdiri dari 5 orang :
1. dr. Mochtar
2. dr. Bahder Johan
3. dr. Mardjoeki
4. dr. Sitanala
5. dr. Djoehana.
Yang selanjutnya disebut panitia dengan tugas untuk mempersiapkan pembentukan Palang Merah Indonesia. Dengan memalui berbagai rintangan dan kesukaran, mengingat kondisi pada saat itu dalam suasana revolosi, namun berkat kesadaran serta kesungguhan atas panggilan tugas suci dan mulia dari para tokoh/ perintis tersebut terbentuklah Perhimpunan Palang Merah Indonesia pada tanggal 17 September 1945.
Pada hari itu dilantiklah Pengurus Besar Palang Merah Indonesia yang oleh Dr. Moch. Hatta atas nama Pemerintah. Sedangkan yang mendapatkan kepercayaan untuk duduk dalam pengurus besar Palang Merah Indonesia tersebut adalah :
• Ketua : Dr. Moch Hatta
• Wakil ketua : dr. R. Boentaran Martoatmojo
• Badan Penulis : dr. Mochtar
Dr. Bahder Djohan
Mr. Santoso
• Bendahara : Mr. Saubari
• Penasehat : KH. Rd. Adenan
Ditambah dengan sejumlah anggota pengurus.
Dengan demikian, tanggal 17 September 1945 merupakan tonggak sejarah dan merupakan hari jadi Palang Merah Indonesia yang kemudian disusul dengan kelahiran berbagai cabang dan daerah di seluruh Indonesia.
Walaupun kemampuan Palang Merah Indonesia dalam bentuk sarana, personil dan dana, pada saat itu masih sangat terbatas, namun dengan memilki modal semangat yang menyala – nyala serta rasa pengabdian yang tanpa pamrih, walaupun belum memperoleh pengakuan secara resmi dari komite Internasional Palang Merah yang berkedudukan di Geneva. Palang Merah Indonesia telah memperoleh kepercayaan dari padanya untuk menyelasaikan tugas yang berat pada saat itu, antara lain :
1. Penyerahan kurang lebih 35.000 orang tentara tawanan Belanda yang tersebar dibeberapa tempat di pulau Jawa kepada tentara sekutu.
2. pengembalian beribu – ribu orang Cina dari daerah Republik ke daerah pendudukan Belanda setalah Aksi Polisional ke 1
3. menyelenggarakan pengembalian para Romusa yang dikerjakan oleh Jepang, kembali ke tempatnya yang masing – masing pernah bekerja diluar pulau Jawa.
4. sedangkan tenaga – tenaga sukarela yang telah terlatih, memiliki keterampilan PPPK, mereka ditugaskan untuk memberikan pertolongan PPPK dan penyelenggaraan Dapur Umum di daerah pertempuran.
Selanjutnya beberapa catatan peristiwa penting yang banyak kaitannya dengan kelahiran Palang Merah Indonesia pada tanggal 17 September 1945 tersebut dapat diungkapkan bahwa :
a. Pada tanggal 16 Januari 1950 Pemerintah RI secara resmi mengesahkan satu-satunya organisasi Palang Merah di Indonesia sebagai perhimpunan Palang Merah Indonesia yang disingkat PMI melalui keputusan Pemerintah RI tanggal 16 Januari 1950 No.15.
b. Sedangkan pengakuan dari ICRC ( Internasional Commitee of Red Cross ) kepada PMI akhirnya oleh PMI diterima melalui surat edaran ICRC pada tanggal 15 Juni 1950 No. 392 yang menyatakan pengakuannya pada PMI sebagai satu-satunya di Wilayah Indonesia.
c. Kemudian pada tanggal 16 Oktober 1959, Palang Merah Indonesia telah pula diterima sebagai anggota liga ( LORCS = League of the Red Crooss Society ) secara resmi dan masuk menjadi anggota liga No. 68.
d. Sebagai konsekwensi dengan telah ditanda tanganinya Konvensi Geneva, baik oleh utusan Pemerintah RI maupun oleh perwakilan Palang Merah Indonesia didalam upaya memperolah perlindungan yang sama dengan negara-negara lain didunia, Pemerintah RI telah mengupayakan menetapkan dalam Undang-Undang No. 59 tahun 1958 tertanggal 10 September 1958.


Susunan Kepengurusan PMI 2009 – 2014
Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
Wakil Ketua Umum : DR. Bachtiar Chamsjah, SE
Sekretaris Jenderal : Ir. Budi Atmadi Adiputro, Dipl. HE
Bendahara : Suryani Sidik Motik, Ph.D
Anggota : 1. DR. dr. Hj. Ulla Nurchrawaty Usman, MM
2. dr.Farid Husain, Sp.Bd
3. H. Muhammad Muas, SH
4. Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH
5. DR. Biantoro Wanandi
6. DR. H. Rachmat Gobel
7. Rapiuddin Hamarung
8. Bernhard S. Jonosisworo
9. Lily Kasoem
10. dr. Ritola Tasmaya, MPH
11. dr. Linda Lukitasari Waseso




Struktur Organisasi

Tokoh leadership (soekarno)

Soekarno

Ir. Soekarno

________________________________________
Presiden Indonesia ke-1

Masa jabatan
17 Agustus 1945–12 Maret 1967 (21 tahun)

Wakil Presiden Mohammad Hatta (1945)

Pendahulu Tidak ada, jabatan baru
Pengganti Soeharto

________________________________________
Lahir 6 Juni 1901 Blitar, Jawa Timur, Hindia Belanda

Meninggal 21 Juni 1970 (umur 69)
Jakarta, Indonesia

Kebangsaan Indonesia

Partai politik PNI

Suami/Istri
Oetari (1921–1923)
Inggit Garnasih (1923–1943)
Fatmawati (1943–1956)
Hartini (1952–1970)
Kartini Manoppo (1959–1968)
Ratna Sari Dewi (1962–1970)
Haryati (1963–1966)
Yurike Sanger (1964–1968)
Heldy Djafar (1966–1969)

Anak Guntur Soekarnoputra
Megawati Soekarnoputri
Rachmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri
Guruh Soekarnoputra (dari Fatmawati)
Taufan Soekarnoputra
Bayu Soekarnoputra (dari Hartini)
Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo)
Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari Dewi)
Profesi Insinyur
Politikus

Agama Islam

Tanda tangan
Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[
Nama
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".
Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.
Pengaruh Terhadap Karya Arsitektural Semasa Menjadi Presiden
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli di tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara baru merdeka. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah muka Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan di masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek yunior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara
• Masjid Istiqlal 1951
• Monumen Nasional 1960
• Gedung Conefo
• Gedung Sarinah
• Wisma Nusantara
• Hotel Indonesia 1962
• Tugu Selamat Datang[
• Monumen Pembebasan Irian Barat[
• Patung Dirgantara
• Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf
• Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957

Kiprah politik
Masa pergerakan nasional
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara di Penjara Banceuy, pada tahun 1930 dipindahkan ke Sukamiskin dan memunculkan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.
Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.


Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

Masa kemerdekaan


Soekarno dan Josip Broz Tito
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.


Soekarno dan John F. Kennedy
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).


Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri. Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain adalah Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin dan Institut Agama Islam Negeri Jakarta.[ Sementara itu, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 104 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas. Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid. Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.

Rabu, 26 Oktober 2011

Kesimpulan


Kesimpulan:
Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator.Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect.

Contoh komunikasi dalam organisasi


Contoh:
Komunikasi antara guru dengan muridnya.
Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau komunikan.Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media).Setelah itu guru harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan umur si komunikan,juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Unsur - unsur komunikasi dalam organisasi menurut pendapat lain


Banyak lagi pendapat yang dikemukakan mengenai perencanaan atau fungsi perencanaan, namun kesemuanya mengandung beberapa unsur tertentu yang menjadi dasar pemikiran. Unsur-unsur tersebut adalah ;
- tujuan yang ingin dicapai
- sumber yang tersedia, baik berupa dana, tenaga, metode maupun peralatan dll
- jadwal kerja untuk menggunakan sumber tadi guna mencapai tujuan yang ditetapkan

Lebih jelasnya permasalahan perencanaan komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian penting yang di dalamnya termasuk unsur-unsur komunikasi yaitu :
  1. Berkaitan dengan pembuat perencanaan komunikasi yang baik. Keterbatasan itu bisa bersumber pada kemampuan membaca lingkungan yang berakibat pada kesulitan memformulasikan perencanaan komunikasi. Keterbatasan mengumpulkan data dan membacanya berakibat pada lemahnya prediksi.
  2. Yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia pada tingkat pelaksana. Kebanyakan perencanaan yang berkaitan dengan masyarakat bawah atau pedesaan sangat merasakan hal ini. Karena perencanaan itu bertujuan untuk mencari dukungan maka masalah yang tampak adalah siapa yang berperan sebagai komunikator yang handal.
  3. Berkaitan dengan kultur masyarakat. Masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia adalah fase transisi, yaitu kombinasi yang masih terdapat antara situasi tradisional dan situasi modern. Susanto (1977:49) menjelaskan bahwa dalam situasi tradisional biasanya hanya sedikit informasi dengan adanya beberapa lembaga tertentu yang menginterpretasikan semua informasi tersebut, sedang dalam masyarakat modern terdapat banyak informasi, akan tetapi daya cernanya ditentukan oleh kemampuan individu. Situasi inilah yang menyukarkan kmunikasi dalam negara berkembang yang masih mengalami kedua alam tersebut.Ciri-ciri masyarakat seperti yang diuraikan Hegen juga sangat menghambat perencanaan komunikasi yaitu ; sikap perentalisme dan akibatnya sikap otoriter pada orang tua ; sikap meragukan diri ; mudah adanya frustasi ; sikap menolak perubahan ; dan adanya perbedaan sosial yang menyolok antar lapisan.
  4. Berkaitan dengan politik. Bila dianalogikan komunikasi adalah darah yang mengalir ke seluruh sistem politik sehingga memungkinkan sistem politik berjalan dengan baik. Pada masa orde baru aspek politik menjadi beban tersendiri bagi perencana komunikasi. Di satu pihak berupaya untuk memperdaykan rakyat, sedang di pihak lain harus menyesuaikan diri dengan kepentingan elite politik yang memerintah.

Unsur - unsur komunikasi dalam organisasi menurut lasswell


Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):
1. Who? (siapa/sumber).
Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.
2. Says What? (pesan).
Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.
3. In Which Channel? (saluran/media).
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).
4. To Whom? (untuk siapa/penerima).
Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.Disebut tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik(decoder).
5. With What Effect? (dampak/efek).
Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.