Jumat, 25 Februari 2011

BUDAYA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH


KEBUDAYAAN BANGSA MESIR KUNO

Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat sepanjang pertengahan hingga hilir Sungai Nil yang mencapai kejayaannya pada sekitar abad ke-2 SM, pada masa yang disebut sebagai periode Kerajaan Baru. Daerahnya mencakup wilayah Delta Nil di utara, hingga Jebel Barkal di Katarak Keempat Nil. Pada beberapa zaman tertentu, peradaban Mesir meluas hingga bagian selatan Levant, Gurun Timur, pesisir pantai Laut Merah, Semenajung Sinai, serta Gurun Barat (terpusat pada beberapa oasis).

Peradaban Mesir Kuno berkembang selama kurang lebih tiga setengah abad. Dimulai dengan unifikasi awal kelompok-kelompok yang ada di Lembah Nil sekitar 3150 SM, peradaban ini secara tradisional dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, sewaktu Kekaisaran Romawi awal menaklukkan dan menyerap wilayah Mesir Ptolemi sebagai bagian provinsi Romawi. Walaupun hal ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di Lembah Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban independen Mesir.

Sepanjang Sungai Nil, pada milenium ke-10 SM, kebudayaan mengisar bijirin yang menggunakan jenis mata sabit terawal telah digantikan dengan kebudayaan penduduk pemburu, pengail, dan pengumpul-pemburu yang menggunakan peralatan batu. Bukti turut menunjukkan kehadiran manusia di barat daya Mesir, berhampiran sempadan Sudan, sebelum 8000 SM. Pertukaran cuaca dan/atau terlebih ragut sekitar 8000 SM mula mengeringkan padang ragut di Mesir, yang akhirnya mendorong kepada pembentukan Sahara (2500 SM), dan puak-puak awal dengan sendirinya terdorong untuk berpindah ke sungai Nil di mana mereka memajukan ekonomi pertanian setempat dan masyarakat yang lebih berpusat. Terdapat bukti ternakan dan penanaman bijirin di Timur Sahara pada milenium ke-7 SM. Sehingga 6000 SM penduduk Mesir purba di sudut baratdaya Mesir telah mengembala lembu dan membangun bangunan besar. Mortar dalam pembinaan bangunan telah digunakan menjelang 4000 SM. Tempoh Pradinasti Mesir berterusan sepanjang tempoh masa ini, sebelumnya dipegang oleh berbagai kebudayaan Naqada. pakar bagaimanapun memulakan Predinasti Mesir lebih awal, di Paleolithik Bawah (lihat Pradinasti Mesir).

Pada hakekatnya kebudayaan Mesir berkembang sejak 3000 SM, yang mana sudah kita ketahui berada di Lembah Sungai Nil, yaitu sungai terpanjang di dunia. Salah satu hasil-hasil dari kebudayaan Mesir Kuno yang telah banyak kita ketahui antara lain :

1. Piramida, yaitu bangunan yang terbuat dari batu yang disusun berbentuk kerucut yang berfungsi untuk menyimpan mummi. Mummi adalah mayat raja-raja Mesir Kuno yang diawetkan.
2. Obelisk, adalah tugu-tugu yang menjulang tinggi ke angkasa, sebagi tempat pemujaan.
3. Sphinx, adalah patung hewan-hewan mitologis yang bebadan singa dan bermuka manusia.
4. Hieroglyph, adalah huruf berbentuk gambar yang diukir pada batu. Hieroglyph ini menjadi dasar alphabet yang sekarang kita pakai. Penelitian tentang huruf Hieroglyph pertama kali dilakukan oleh Heredotus abad ke-6 SM, tetapi ia tidak berhasil; mengungkapkan isi tulisan tersebut.
5. Batu Roseta yaitu batu bertulis yang ditemukan di tepi Sungai Roseta. Dalam batu ini terdapat tulisan Hieroglyp dan tulisan Yunani Kuno.

Isi tulisan Hieroglyph baru dapat diketahui setelah ditemukannya Batu Roseta,
Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh pasukan Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte (1797-1799). Ketika itu pasukan Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte melancarkan serangan terhadap penduduk daerah Mesir (1797-1798). Batu tulis itu berhasil dibaca oleh seorang Perancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) sehingga sejak tahun itu diadakan penelitian guna mengungakap tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 4000 SM. Maka untuk mengungkap isi tulisan Hieroglyph tersebut Napoleon menyuruh sejarawan Perancis yang bernama Champollion (yang mana telah dapat membaca tulisan yang ada pada batu tersebut) untuk meneliti seluruh isi tulisan tersebut sehingga dapat diketahui maksud dari batu tulis tersebut.

Hasil penelitian Champollion selama 20 tahun itu akhirnya dapat mengungkap sejarah Mesir Kuno sehingga menghasilkan perpustakaan Mesir Kuno yang ditulis diatas bahan Papyrus (tumbuhan air yang berada di tepi Sungai Nil).

Bangsa Mesir juga mempunyai seni budaya terhadap hal keagamaan yang mana mereka mempercayai adanya para dewa.Kepercayaan bangsa Mesir Kuno yang taat kepada para dewa sangat ini membantu akan terciptanya seni budaya sebagai ungkapan keagamaannya. Perilaku ini didasari oleh kepercayaan kehidupan setelah kematian. Mereka selalu membawa warisan yang indah dan bernilai tinggi untuk menemani jasadnya. Hal ini mendorong bangsa Mesir selalu berlomba untuk menciptakan seni dan benda seni agar dapat dibawa dalam kematiannya. Peninggalan-peninggalan ini tampak dalam bangunan pyramid. Sejarah Mesir Kuno ini sangat mempengaruhi sejarah budaya pada umumnya, penemuan tulisan hieroglief dan hieratic di dinding makam dan beberapa artefak lain. Dari penemuan ini maka dapat terungkap pula sejarah Mesir Kuno yang belum terungkap. (1991)

Kira-kira 33 abad sebelum masehi terjadi suatu perubahan tradisi yang mana dari mempercayai para dewa menjadi mempercayai matahari sebagai Tuhan.Yang mana saat itu bertachtalah Queen Nefertete di ancient Egypt didampingi Pharao Amenhotep IV alias Amenophis IV alias Achnaton. Nefertete adalah putri seorang penjabat tinggi yang bekerja untuk Farao dalam istana.Achnaton dan Nefertete bertachta dalam dinasti yang ke-18 dari Kerajaan Baru.Achnaton naik tachta pada tahun 1353 SM.Mengapa dia merubah namanya menjadi Achnaton? Karena dia merubah tradisi orang-orang Mesir. Yang mana biasanya mereka menghormati the gods atau para dewa, tetapi Achnaton mengganti hal ini menjadi satu tuhan ialah tuhan matahari Aton. Achnaton nama ini berarti Dia yang seperti Aton,dengan kata lain: Achnaton di-puja bagaikan the god of the sun sendiri.
Pada dasarnya hasil dari kebudayaan Mesir yang sangat indah dan megah yaitu adalah bangunan Piramida yang mana sudah kita ketahui bahwa bangunan ini sudah masuk dalam 7 keajaiban dunia, serta terdapat satu lagi bangunan yang tidak kalah menariknya yaitu bangunan patung Spinx yang bentuk badannya menyerupai singa dengan bentuk wajah mirip manusia.

Sejak dulu kedua bangunan ini dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.

Bahkan, seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.

Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.

Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.

Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.
Bahkan Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.

Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.

Demikianlah keterangan mengenai kebudayaan bangsa Mesir Kuno yang begitu sangat memberikan pengaruh perubahan peradaban yang sangat besar terhadap perkembangan dunia ini yang mana dapat saya sampaikan dan semoga rangkuman ini dapat diterima sebagai pemenuhan tugas yang semestinya.


Budaya

1.     Kehidupan sehari-hari

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/1/13/LowClassAncientEgyptianStatuettes.png/220px-LowClassAncientEgyptianStatuettes.png
Patung yang menggambarkan kegiatan masyarakat kecil Mesir Kuno.
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti. Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur.
 Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki bercukur untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk mengharumkan dan menyegarkan kulit. Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang diberi warna putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit menggunakan wig, perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian hingga mereka dianggap dewasa, pada usia sekitar 12 tahun, dan pada usia ini laki-laki disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara sang ayah bertugas mencari nafkah.
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal, tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia. Mereka juga menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah Senet, permainan papan yang bidaknya digerakkan dalam urutan acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni Hasan. Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburan.

2.     Masakan

Masakan Mesir cenderung tidak berubah selama berabad-abad; Masakan Mesir modern memiliki banyak persamaan dengan Masakan Mesir Kuno. Makanan sehari-hari biasanya mengandung roti dan bir, dengan lauk berupa sayuran seperti bawang merah dan bawang putih, serta buah-buahan berbentuk biji dan ara. Wine dan daging biasanya hanya disajikan pada perayaan tertentu, kecuali di kalangan orang kaya yang lebih sering menyantapnya. Ikan, daging, dan unggas dapat diasinkan atau dikeringkan, serta direbus atau dibakar.

3.     Arsitektur

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/83/S_F-E-CAMERON_EGYPT_2006_FEB_00289.JPG/220px-S_F-E-CAMERON_EGYPT_2006_FEB_00289.JPG
Kuil Edfu adalah salah satu hasil karya arsitektur bangsa Mesir Kuno.
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain: Piramida Giza dan kuil di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
Kediaman baik untuk kalangan elit maupun masyarakat biasa dibuat dari bahan yang mudah hancur seperti batu bata dan kayu, karenanya tidak ada satu pun yang terisa saat ini. Kaum tani tinggal di rumah sederhana, di sisi lain, rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit. Beberapa istana Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan tembok dan lantai yang dipenuhi hiasan dengan gambar pemandangan yang indah. Struktur penting seperti kuil atau makam dibuat dengan batu agar dapat bertahan lama.
Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek menambahkan pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle; gaya ini bertahan hingga periode Yunani-Romawi. Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba, struktur persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu dan bata. Struktur ini biasanya dibangun untuk menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan mayat.

4.     Seni

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/46/Nefertiti_30-01-2006.jpg/170px-Nefertiti_30-01-2006.jpg
Patung dada Nefertiti, karya Thutmose, adalah salah satu mahakarya terkenal bangsa Mesir Kuno.
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama. Aliran ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak mudah berubah dan terpengaruh aliran lain. Standar artistik—garis-garis sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman spasial—menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya. Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti mati, maupun patung.
Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk memahat. Cat didapatkan dari mineral seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam), dan batu kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan gum arab sebagai pengikat dan ditekan (press), disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak digunakan. Firaun menggunakan relief untuk mencatat kemenangan di pertempuran, dekrit kerajaan, atau peristiwa religius. Di masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam. Sebagai usaha menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.
Meskipun bentuknya hampir homogen, pada waktu tertentu gaya karya seni Mesir Kuno terkadang mengikuti perubahan kultural atau perilaku politik. Setelah invasi Hykos di Periode Pertengahan Kedua, seni dengan gaya Minoa ditemukan di Avaris. Salah satu contoh perubahan gaya akibat adanya perubahan politik yang menonjol adalah bentuk artistik yang dibuat pada masa Amarna: patung-patung disesuaikan dengan gaya pemikiran religius Akhenaten. Gaya ini, yang dikenal sebagai seni Amarna, langsung diganti dan dibuah ke bentuk tradisional setelah kematian Akhenaten.

5.     Agama dan kepercayaan

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d7/BD_Hunefer.jpg/300px-BD_Hunefer.jpg
Buku Kematian adalah panduan perjalanan untuk kehidupan setelah kematian.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/54/Ka_Statue_of_horawibra.jpg/170px-Ka_Statue_of_horawibra.jpg
Patung Ka dipercaya dapat menjadi tempat bersemayam bagi mereka yang telah meninggal.
Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari marabahaya. Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem ramalan (oracle) untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat.
Masyarakat mesir percaya bahwa setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain badan, manusia juga memiliki šwt (bayangan), ba (kepribadian atau jiwa), ka (nyawa), dan nama. Jantung dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang. Tujuan utama mereka yang meninggal adalah menyatukan kembali ka dan ba dan menjadi "arwah yang diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung akan ditimbang dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritual.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2d/Tutmask.jpg/170px-Tutmask.jpg
Makam firaun dipenuhi oleh harta karun dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya adalah topeng emas dari mumi Tutankhamun.

6.     Adat pemakaman

Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini adalah : proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal, membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara terpisah dalam toples kanopik.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/06/Anubis_attending_the_mummy_of_Sennedjem.jpg/220px-Anubis_attending_the_mummy_of_Sennedjem.jpg
Anubis adalah dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan dengan mumifikasi dan ritual pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi seorang mumi.
Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli mulai menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat mesir kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Orang kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal almarhum juga berlaku pada semua masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada permulaan Kerajaan Baru, buku kematian ikut disertakan di kuburan, bersamaan dengan patung shabti yang dipercaya akan membantu pekerjaan mereka di akhirat. Setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup diharapkan untuk sesekali membawa makanan ke makam dan mengucapkan doa atas nama almarhum.








peradaban Romawi Kuno

Sejarah peradaban Romawi Kuno tak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban Yunani Kuno, karena bangsa Romawi ini adalah bangsa yang penjajah, dan banyak kebudayaan Yunani Kuno yang diambil dengan proses adaptasi maupun adopsi.

Namun, kita tidak bisa memungkiri bahwa bangsa Romawi adalah bangsa yang besar yang pernah menguasai lebih dari separuh benua Eropa bahkan kekuasaan sampai pada Asia, dan mengalahkan raja-raja di Asia maupun di Afrika.



Peradaban Romawi
Peradaban Romawi tumbuh dan berkembang di sebuah kota yang bernama Roma yang didirikan oleh  orabg yang berkebangsaan Yunani bernama Remus dan Romulus. Kota Roma diperkiran berdiri sejak abad ke-7. Remus dan Romulus adalah dua saudara dari kerajaan Yunani yang melarikan diri dari perang troya.
Romawi biasa dibilang sebagai pusat peradaban dunia, karena dari sinilah ilmu-ilmu praktis bermunculan. Mungkin Yunani adalah pusat para filsuf yang berbicara masalah teori, tetapi bangsa Romawi lebih menerapkan ilmu praktis. Maka dari itu, Romawi terkenal dengan tabiatnya yang suka berperang. Mereka haus kekuasaan dan meluaskan wilayah dengan menjajah wilayah Eropa Barat dan Asia Timur.
Perkembangan peradaban Romawi dilakukan oleh suku Latia. Sebuah suku kebangsaan Eropa yang menempati wilayah yang dinamakan Latium. Latium merupakan sebuah lembah yang subur dan kaya dengan pengunungan yang hijau. Penduduk Latium kemudian menyebut mereka bangsa latin dan mengembangkan tulisan yang disebut huruf latin.
Roma yang didirikan oleh bangsa Yunani tersebut menjadi pusat kebudayaan bangsa Latin. Roma mempunyai letak yang strategis yaitu terletak di lembah sungai Tiber.
Dewa-Dewa Romawi
Bangsa Romawi menganut paham politheisme, sama halnya seperti Yunani. Jenis dewanya pun hampir, sama hanya saja dengan nama yang berbeda. Kuil pemujaannya hampir sama, hanya seni arsitekturnya yang berbeda.
Contoh dari nama dewa-dewa Romawi adalah Jupiter sebagai pemimpin para dewa. Sedangkan di Yunani itu bernama Zeus. Veni dewi kecantikan sedang di Yunani bernama Aprodite, Mars dewa perang, sedangkan di Yunani bernama Ares, Neptunus dewa laut sedang di Yunani bernama Passedon. Dan yang menjadi ciri khas Romawi adalah dewa Apholo, dewa matahari, seorang dewa yang homoseksual.
Oleh karena itu, para prajurit Romawi dididik agar bisa mempunyai orientasi seks pada pria selain pada wanita, sehingga ketika mereka berperang dan jauh dari wanita mereka bisa saling memuaskan sesama prajurit laki-laki.
Kota Roma
Sebelum berdirinya kota Roma, wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaan kerajaan Etrustika, yang kemudian pada pada abad ke-5 bangsa Latium memberontak dan berhasil memerdekakan diri. Kemudian, mendirikan sebuah negara berbentuk republik. Maka sejak itu, Romawi adalah sebuah kerajaan yang berbentuk republik dengan pemimin negara bernama konsul.
Kebudayaan Romawi mendapat pengaruh besar dari kebudayaan Etrussia, selain kebudayaan Yunani. Hal berarti bangsa Latium tidak mempunyai kebudayaan sendiri karena mereka adalah bangsa yang meniru kebudayaan bangsa lain, baik dari segi religi maupun seni.
Bangsa Romawi bukanlah bangsa pemikir seperti bangsa Yunani. Mereka memandang kepercayaan bukan untuk berbuat pada kebajikan, tetapi agama dijadikan sebagai alat untuk mengalahkan bangsa lain dan memperluas kekuasaan untuk menjadi bangsa yang sehat dan kaya.
Arsitektur Romawi
Bangsa romawi suka dengan hal-hal megah mewah dan menumental, salah satu peninggalannya yang paling berharga adalah Colosseum, yang sekarang bangunannnya ditiru menjadi stadion sepak bola. Colosseum adalah sebuah arena hiburan para raja untuk melihat pertunjukan gladiator atau ksatria Romawi yang akan beradu ketangkasan bersama hewan liar. 
Peninggalan seni arsitektur peradaban Romawi kuno sangat banyak selain Colosseum yang terkenal di dunia itu, di antaranya, yaitu kuil Jupiter Heliopalitanus di Baalbek, Syiria, Pantheon merupakan kuil untuk memuja dewa Apholo yang kemudian menjadi gereja di Roma.
Mousoleum merupakan bangunan pemakaman para raja romawi yang indah, terletak di Roma. Teater, sebuah panggung pertunjukan yang luas dan indah terletak di Solona, Pompeei dan Asperados.




Sejarah Cina
Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai sejak Dinasti Shang (k. 1750 SM - 1045 SM).[1] Cangkang kura-kura dengan tulisan Cina kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radiokarbon hingga 1500 SM.[2] Budaya, sastra, dan filsafat Cina berkembang pada zaman Dinasti Zhou (1045 SM hingga 256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah tulisan Cina modern mulai berkembang.
Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara Perang. Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini dan mendirikan kekaisaran pertama Cina. Pergantian dinasti dalam sejarah Cina telah mengembangkan suatu sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Cina memiliki kendali langsung terhadap wilayah yang luas.
Pandangan konvensional terhadap sejarah Cina adalah bahwa Cina merupakan suatu negara yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis yang kadang-kadang dikuasai oleh orang-orang asing, yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Cina modern.



Refrensi
http://www.anneahira.com/peradaban-romawi-kuno.htm
http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/websites/2058000-sejarah-dan-budaya-cina-kuno/