PENALARAN
DEDUKTIF
Penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal Pelangkahan dalam Kasus Umim, yang sebenarnya sudah
diketahui dan sudah di analisa, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan
teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan
kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep
dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Jenis penalaran deduktif yaitu:
Ø Silogisme Kategorial =
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Ø Silogisme Hipotesis =
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis.
Ø Silogisme Akternatif =
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Ø Entimen = Silogisme ini
jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Sebuah sistem generalisasi.
Sebuah sistem generalisasi.
Televisi adalaha alat elektronik
yang membutuhkan daya tenaga listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang
elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi : Semua barang yang terbuat daru elekronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)
Generalisasi : Semua barang yang terbuat daru elekronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)
Penarikan
kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak
langsung.
1. Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan
secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis
yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan
secara langsung:
1.
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P
adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut
adalah manusia. (simpulan)
2.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu
pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah
senjata tidak berbahaya. (simpulan)
3.
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S
adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak
satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak
satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)
2. Penarikan simpulan secara tidak langsung
Untuk
penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data.
Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama
adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang
bersifat khusus.
Jenis
penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1.
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
-
Semua manusia akan mati
Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati. (simpulan)
-
Semua manusia bijaksana
Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana. (simpulan)
2.
Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
-
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
-
Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan
demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen
juga dapat dijadikan silogisme.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar